Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)

Ketika kita menitipkan anak-anak di sekolah, pernahkah kita bertanya-tanya bagaimana proses belajar yang dilalui oleh mereka? Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan bagaimana anak-anak kita melalui proses belajar di sekolahnya.

Kurikulum 2013 pemerintah secara prinsip memproyeksikan lulusannya menjadi generasi yang mencakup empat aspek kecakapan spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran anak-anak kita di sekolah idealnya akan menjadikan mereka anak-anak yang agamis, berjiwa sosial, berpengetahuan yang luas dan terampil dalam disiplin ilmu yang diminatinya. Nah, dalam proses tersebut peran guru menjadi sangat penting sebab guru tidak hanya mendidik siswa dalam disiplin ilmu saja tapi juga secara karakter dan keteladanan.

Oke, karena judul artikel kali ini adalah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) saya akan berfokus pada penjelasan sesuai judul saja ya. Ini lebih kepada aspek Pengetahuan dan Keterampilan siswa.

Pengertian

Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) adalah sebuah model pembelajaran yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menaya, eksperimen, mengolah informasi atau data, kemudian mengomunikasikan. (Kemendikbud, 2014)

Pendekatan ini sudah diterapkan di Amerika sejak akhir abad ke-19 dengan format pembelajaran yang mengedepankan kegiatan laboraturium formalistik untuk pembelajaran sains yang kemudian diarahkan pada penyimpulan fakta-fakta ilmiah. Pendekatan saintifik ini sebenarnya juga sudah diterapkan di Indonesia dengan sebutan Learning by Doing atau dikenal juga dengan cara belajar siswa aktif pada kurikulum 1975.

Pendekatan saintifik ini bertujuan agar meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, membentuk kemampuan penyelesaian masalah secara sistematik, menumbuhkan budaya pembelajaran peserta didik yang merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik dalam mengemukakan ide-ide, meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan mengembangkan karakter peserta didik.


Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), mengolah data atau informasi dilanjutkan dengan menganalisis, menalar (associating), dan menyimpulkan, menyajikan data atau informasi (mengomunikasikan), dan menciptakan serta membentuk jaringan (networking).

Lebih rincinya sebagai berikut:

Mengamati

Metode mengamati ini mengutamakan kebermaknaan dalam proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi ini peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang sampaikan oleh guru.

Menanya

Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara peserta didik mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.

Mengasosiasikan/Mengolah Informasi

Dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi terdapat kegiatan menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Mengomunisasikan

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola.

Nah, itu dia pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Anak-anak kita diproyeksikan menjadi generasi yang cerdas dan mandiri dalam menyelesaikan problematika kehidupannya dengan pembiasaan ilmiah tersebut.

Namun, yang perlu kita perhatikan juga bahwa pendidikan di sekolah tidak sepenunyah berperan dalam pembentukan karakter tersebut. Peran kita sebagai orang tua tidak bisa digantikan oleh sekolah. Pembentukan mental dan karakter baik spiritual dan emosional sebagian besar terbentuk dalam lingkungan keluarganya.

Ketika ada permasalahan di sekolah yang harus anak kita selesaikan, maka sikap yang dibawanya adalah sikap didikan kita di rumah. Apabila kita mendidik anak-anak kita dengan bekal mental dan spiritual yang baik, dia akan tumbuh ke arah yang baik dimana pun dia belajar. Akan tetapi kalau pendidikan di rumah tidak berjalan, di sekolah semahal apapun dan sehebat apapun gurunya, hasilnya akan sulit diharapkan menjadi maksimal.

Akhirnya, saya menyimpulkan. Kurikulum Pendidikan yang diusulkan pemerintah untuk generasi penerus kita adalah sistem yang baik. Namun, kurikulum yang terbaik tak lain dan tak bukan hanya ada dalam lingkungan keluarga kita. Jadi, sudahkah kita mendidik anak-anak kita dengan kurikulum yang terbaik sesuai dengan harapan kita?


Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)