Bukan Sekadar Kegalauan


Assalamualaikum! Alhamdulillah dan terima kasih untuk Sahabat karena sudah berkenan meluangkan waktunya membaca artikel ini.

Saya akan berusaha memberikan bacaan yang bermanfaat untuk Anda. Dan semoga memang benar-benar bermanfaat. :-) hehe. Maksa banget ya.

Judul artikel "Bukan Sekadar Kegalauan" ini saya tulis--jujur--karena memang saya sedang galau. Galau yang pake banget. Saking galaunya terbawa-bawa sampai melamun ketika naik sepeda motor.

Galau apa Mas Fahri?
Galau soal Cinta?

Achiyeee... Iya nih soal cinta. Tapi bukan soal cinta saya sama istri saya hehe. Kalau itu mah rahasia negara.

Ini soal cinta saya kepada generasi muda saat ini.

Di lingkungan di mana saya mengajar saja saya melihat bahwa generasi remajanya sangat memprihatinkan. Sebagian besar waktu mereka habis hanya untuk melakukan hal yang sia-sia seperti bermain game Mobile Legend, PUBG atau suka nonton KPOP dan K-Drama. Subhanallah . . .

Tak sedikit wali murid mengeluhkan kebiasaan mereka tersebut yang faktanya berdampak kepada munculnya sikap antisosial dan cenderung egois. Mereka berani membangkang dan menentang orangtuanya ketika keasyikannya dengan game atau tontonan mereka terganggu.

Betapa ini sungguh mengkhawatirkan.
Jika sebab adanya kecanggihan teknologi tersebut seluruh generasi remaja bangsa ini bersikap dan berprilaku yang sama, maka berapa banyak anak durhaka di Indonesia. Akan masuk akal jika bumi pertiwi ini diguncang bencana terus menerus sebab kedurhakaan merajalela.

Dampak kecanggihan teknologi ini pun membuat kemampuan berpikir dan berkreasi mereka lemah. Mereka yang terbiasa mendapatkan kepuasan ketika main game dan menonton drama akan mudah patah semangatnya ketika di dunia nyatanya mencapai keinginan dan harapan itu bukanlah hal yang sekonyong-konyong bisa terwujud tanpa ada usaha dan pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu.

Saya sering mendapati remaja mudah sekali menyerah. Mereka mudah sekali mundur dan tidak berani tampil. Mereka cenderung takut menghadapi kegagalan. Ketika mereka merasa dunia nyata sulit dijalani, mereka akan mengambil smartphone mereka kemudian menjalani kehidupan maya dengan segala pencapaiannya yang instan dalam game.

Mari kita renungkan wahai orang tua ...
Mari kita renungkan wahai guru ...

Patutkah kita tinggal diam?

Saya berharap Anda juga ikut galau hehe.

Jangan galau hanya untuk anak Anda sendiri, tapi juga untuk anak tetangga Anda, galau juga soal teman sekelas anak Anda. Sebab, di usia remaja mereka akan dipengaruhi lebih banyak oleh faktor lingkungan pergaulannya.

Guru dan Komite mestinya bersama bersinergi memperjuangkan kebaikan untuk mereka. Mengkoordinasikan bagaimana pendidikan bisa berkesinambungan berjalan baik ketika di sekolah ataupun di luar sekolah.

Di rumah, mestinya orangtua berkoordinasi dalam lingkup RT atau RW untuk bersama-sama memikirkan bagaimana agar lingkungan tempat tinggal bisa kondusif untuk anak-anak. Mestinya masyarakat bersama mengupayakan setiap masjid di RT atau RW aktif mengadakan pendidikan terpadu untuk remaja dan pemuda.

Inilah yang saya galaukan ...
Masalahnya tidak semua orang tua peduli dengan hal tersebut. Mereka sibuk bekerja mencari uang, namun lupa bahwa kebutuhan seorang anak tidak hanya materi saja, tapi mental, hati dan iman yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun jumlahnya.

Sampai situ saja curhatan saya hehe. Semoga bermanfaat.

Saya ingin mendengarkan tanggapan Anda yang sudah membaca tulisan ini di kolom komentar. Bagaiman pandangan Anda terkait masalah ini?

Mari berdiskusi!

Bukan Sekadar Kegalauan
  1. Iya, betul mr, kebanyakan orang tua terlalu sibuk mengejar materi utk masa depan anak2 ( termasuk saya ) he..he, dan kadang lupa masa depan anak2 bukan cuma materi, jiwa anak2 harus di isi mental anak harus di asah supaya mereka bisa survive dan berani dengan tantangan hidup, tp tidak mudah banyak sekali tantangan yg di hadapi dr prilaku remaja yang labil, sampai waktu org tua yg kadang tidak terkejar krn habis utk mengumpulkan materi, sehingga org tua babak belur mengejar perkembangan ank,lalu jalan pintas di serahkan dgn tekhnologi, saya juga sering kebingungan mengatasi permasalahan anti sosial pd ank saya padahal dr kecil tidak terlalu diperkenalkan dengan smartphone, sering saya lepas bergaul di alam tp ya msih begitu , saya hanya berharap begitu umurnya meningkat semoga ada lompatan yg bagus utk prilakunya, makasih mr atas tulisannya yg menginspirasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bu, ini yang sama-sama kita perlu risaukan dan segera mengambil tindakan. Terlebih kita sebagai muslim, masa depan anak kita bukan hanya ketika dia hidup saja. Masa depan anak kita ya sampai mereka masuk surga.

      Hapus
  2. Tulisannya inspiratif. Masalahnya sekarang bukan saja anaknya yang suka main smartphone, orang tua juga banyak yang sibuk main smartphone.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu pula masalah yang bikin sedih hehe. Kita coba sama-sama mengajak orang supaya sadar hal penting ini. terima kasih kunjungannya mas Nandar.

      Hapus