Ini Dia Penyebab Belajar Bahasa Arab dan Bahasa Asing Lainnya jadi Sulit (Hari Ke-2)

Kalau boleh tahu, seumur hidup Anda, sejak kapan dan sampai kapan Anda belajar bahasa Asing? Bahasa Inggris mungkin? Atau bahasa lainnya?

Coba kita ingat-ingat lagi. Belajar bahasa Inggris, misalnya. Saya ingat, sebagai anak generasi kelahiran 92 saya mengenyam pelajaran bahasa Inggris mulai kelas 4 SD. Tahukah, Anda? Sejak kelas 4 SD itu sampai hampir lulus kuliah 2015 saya tidak bisa-bisa bahasa Inggris juga. Bebal banget kah? Padahal, saya termasuk penggila pelajaran bahasa Asing. hehe.

Hal ini yang selalu terngiang-ngiang dalam benak saya. Kenapa hal seperti itu bisa terjadi? Kebayang ya, dari SD sampai Kuliah ada pelajaran bahasa Inggris lho, tapi sampai sarjana dan diwisuda pun, kita nggak bisa juga bahasa Inggris. Jujur aja deh, bahkan tidak sedikit kan yang menggunkana  jasa penerjemah ke bahasa Inggris untuk abstrak skripsinya. Untuk yang terakhir (baca: pakai jasa penerjemah) ini saya tidak pakai ya. hehe. Saya sudah mulai sadar bahwa saya harus bisa buat sendiri.

Tapi memang belajar bahasa asing di Indonesia itu sepertinya sulit sekali. Bahkan kalau guru bahasa asing masuk ruangan kelas tak sedikit siswa mengeluh, malas-malasan. Paling-paling siswa lima besar di kelas saja yang bisa dan tampil dengan performa terbaik dan tentunya jadi anak emas guru. Akhirnya siswa yang anak emas guru ini jadi sumber contekan kawan-kawan sekelasnya.

Coba renungkan! Sebegitu sulitkah bahasa Inggris? Bahasa Asing? Saya tidak ingin membahas bahasa Arab dulu ya. Sebab bahasa Inggris yang dari SD sampai kuliah saja sesulit itu, bagaimana dengan bahasa Arab yang baru dipelajari mungkin pas masuk madrasah tsanawiyah karena sebelumya belajar SD umum atau lebih jauh misalnya dari SMP umum masuk madrasah aliyah, atau yang dari SMA umum masuk kuliah nyasar di jurusan Bahasa dan Sastra Arab? Hayo hayo hayo!

Sebenarnya diperlukan berapa banyak guru bahasa asing supaya bisa berbahasa asing sih?

Ups! Tenang-tenang. hehe. Tidak sampai segitunya juga keles.
Sebenarnya masalahnya bukan di situ sih. Jumlah guru memang berpengaruh ketika tidak memadai, tapi sebanyak apapun gurunya kalau tidak membangun mindset belajar bahasa asing yang lebih fresh, hasilnya akan begitu-begitu saja lah. Berdasarkan apa yang saya alami, berikut ini masalah yang menyebabkan belajar bahasa asing itu sulit:

Belajar Bahasa Arab


Ini Dia Penyebab Belajar Bahasa Arab dan Bahasa Asing Lainnya jadi Sulit


Motivasi yang lemah dan Mindset yang Salah.

Kalau sudah bahas motivasi, tentunya ada faktor internal dan eksternalnya nih. Yuk kita bahas satu-satu!

Motoivasi internal


Motivasi ini muncul dalam diri. Misalnya rasa suka terhadap bahasa asing. Siswa yang seperti ini biasanya memang punya kecenderungan minat di bidang bahasa. Jadi belajar bahasa apa saja baginya menyenangkan. Ada kan, anak seperti ini? Kalau sudah belajar bahasa paling antusias dan paling menonjol.

Ada juga siswa yang secara internal dirinya tidak tertarik sama sekali dengan bahasa asing. Biasanya karena merasa tidak ada gunanya juga bahasa asing dipakai di Indonesia. Buktinya percakapan sehari-harinya saja tetap pakai bahasa Indonesia. Bahkan guru bahasa asingnya saja tidak pernah tuh ngobrol dengan siswa pakai bahasa asing. Guru matematikanya tidak menyampaikan materi dengan bahasa Inggris, tidak juga Arab atau Prancis. Semuanya baik-baik saja kalau tidak bisa berbahasa asing.

Motivasi Eksternal

Sedangkan motivasi eksternal bisa meliputi faktor guru dan lingkungannya.

1) Faktor Guru

Guru bisa menjadi penyebab siswa yang asalnya tidak suka bahasa asing jadi suka bahasa asing. Karena dorongan dan dukungan yang tepat itu bisa saja terjadi. Tentunya juga berlaku sebaliknya. Kebayang ketika belajar bahasa asing rumit seperti belajar matematika, mislanya. Apakah tidak membuat siswa yang sebelumnya memiliki motivasi yang kuat untuk belajar bahasa asing jadi melemah?

2) Faktor Lingkungan

Coba kita lihat sekolah yang menegaskan kebijakan berbahasa asing, seperti pondok pesantren Gontor misalnya. Setiap warga pondok pesantren diwajibkan berbahasa asing Arab dan Inggris dalam aktivitas kesahariannya. Kira-kira selemah-lemahnya daya ingat dan kecerdasan siswa, dia pasti tetap mampu saja berbicara bahasa asing, kan? Itu dia pentingnya faktor lingkungan.

Contoh lainnya bisa kita lihat juga Kampung Inggris Pare. Karena lingkungannya di sana adalah belajar berbahasa dan berkomunikasi, maka banyak pembelajaran  bahasa asing di sana berhasil. Salah satu alumninya saya. hehe. Meskipun saya tidak hafal grammar, alhamdulillah kalau diajak ngobrol dengan bahasa Inggris saya bisa. Kerennya lagi, sebab lingkungan bahasa yang baik di sana,  saya dapat berakselerasi dan bisa berbicara dengan bahasa Inggris hanya dalam kurun waktu 2 bulan.

Nah, coba kita lihat lagi di sekolah tempat kita mengajar bahasa asing, baik bahasa Arab atau bahasa asing lainnya. Benar gak alasan lingkungan menjadi faktor berhasil atau tidaknya penguasaan bahasa asing siswa?

Lalu bagaiman mengatasi masalah ini?


Bangun Mindset Baru yang Lebih Fresh!

Apa mindsetnya?

Belajar bahasa untuk bisa, bukan dapat predikat angka!
Belajar bahasa untuk kita berkomunikasi dengan masyarakat dunia!
Belajar bahasa untuk kita bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk seluruh dunia!

Ini yang harus benar-benar kita tanamkan kepada diri kita dan lingkungan sekolah kita. Selain itu, fitrahnya belajar berbahasa bukan dengan tulisan dan bacaan duluan, tapi mendengar, menyaksikan dan menirukan terlebih dahulu.

Kita sebagai guru harus pandai menjual dengan cara yang menarik dan kreatif, bukan memaksa orang untuk membeli. Maksudnya kita buat belajar itu menyenangkan, ngangenin. Bukan menyeramkan dan gurunya dimusuhi tapi mau tidak mau orang harus ikut apa kata guru.

Seiring terbentuknya mindset yang baik, otomatis lingkungan pun akan terbentuk. Ketika sebelumnya siswa malu dan takut salah dalam berbicara dengan bahasa asing, sekarang tidak takut lagi karena bapak-ibu gurunya saja praktek berbicara dengan bahasa asing. Tidak takut salah lagi ketika bertegur sapa dengan kawan karena bapak-ibu guru ketika saling bertegur sapa juga menggunakan bahasa asing. Coba aja kalau disapa dengan bahasa asing malah jawabannya dengan bahasa lokal, ya akan dapat masalah. Hehe.  Akhirnya karena lingkungannya sudah baik, setiap siswa akan termotivasi untuk bisa berbahasa asing. Tidak lagi dengan motivasi supaya nilai tinggi.

Itu tadi pembahasan tentang Penyebab Belajar Bahasa Arab dan Bahasa Asing Lainnya jadi sulit. Jika ada yang ingin dikoreksi atau disampaikanari kita bisa sharing dan diskusi lewat lewat kolom komentar ya. Dan ujung-ujungnya .....

Guru yang berperan penting dalam menjadikan siswa senang dengan pelajaran bahasa asing. hehe.

O iya, postingan ini juga saya ikutkan dalam Tantangan 40 Hari Menulis. Sekarang Hari Ke-2.
Semoga postingan kali ini bisa memberi manfaat untuk Anda yang membacanya. Terima kasih!



Ini Dia Penyebab Belajar Bahasa Arab dan Bahasa Asing Lainnya jadi Sulit (Hari Ke-2)